seribu tanya untuk cinta (bag 1)
“Aku belum percaya!”, terdengar suara wanita yang cukup membuat beberapa orang segera melirik salah satu meja yang terletak di sudut café itu.
“Sssssh…”, dahi lelaki di depannya mengerenyit sembari meletakkan telunjuk ke bibirnya, kepalanya menoleh ke kanan kiri.
“Aku ga peduli! Aku hanya belum bisa percaya tentang perasaanmu kepadaku!”, suara si wanita semakin meninggi.
“Duh, harus berapa kali kubilang sih..iya aku mencintaimu, harus gimana lagi?”, kata si lelaki mencoba merendahkan suaranya, semakin resah sesekali melirik ke kanan kiri ke arah pengunjung café yang mulai berbisik-bisik.
“Engga! Aku ga melihat itu, hingga saat ini kamu belum benar-benar mencintai aku!”, si wanita justru terdengar semakin kalap.
“Sssshh…please jangan keras-keras, ato kita ngobrol di tempat lain aja yuk”, kata si lelaki mencoba sedapat mungkin menguasai suasana.
“ Biar! Disini aja! Sekalian biar semua orang tau! Kenapa kamu ga bisa mencintai aku seperti aku mencintai kamu? Bukankah semua sudah kuberikan? Aku berikan waktuku untukmu, aku berikan tubuh dan jiwaku untukmu! Tapi mengapaaaa… ”, tubuh wanita itu terlihat berguncang mencoba sekuat tenaga menahan emosi yang meluap-luap, sedetik kemudian tumpahlah air matanya. Kedua tangannya mengatup di muka.
Lelaki itu semakin bingung, terus melirik ke kanan kiri dan hampir tak bisa berkata apa-apa, “eeee…h..Nit..please…”
“Mengapa kamu tak pernah bisa utuh mencintaiku? Mengapa…justru harus adikmu.. yang peduli denganku? Mengapa…justru harus adikmu… yang… selalu datang saat aku sedih, saat aku butuh seseorang? Sedangkan kamu…yang sangat aku...Mengapa kau tak pernah benar-benar mencintaiku?”, Suara si wanita terbata-bata melawan getir yang sekian lama seperti dipendamnya.
“Nit, sungguh aku mencintaimu...hanya mungkin…ah”, sejenak suaranya tercekat, kepalanya menunduk.
“Tidak…Kamu tak pernah benar-benar mencintaiku, Don…Hatimu tak pernah benar-benar untukku..Aku merasa, 3 tahun ini... aku merasa aku tak pernah berarti di hatimu…”, bibirnya bergetar masih berusaha keras menahan emosinya.
“Tidak Nit, sungguh aku sangat mencintaimu, aku butuh kamu, hanya…”, si lelaki terdiam tidak melanjutkan.
“Kamu mencintai seseorang…hhhh…seperti dugaanku, ada orang lain di hatimu…”,suaranya terdengar lamat berhenti di bibir tipisnya.
“Bukan nit…,sungguh, berapa kali aku harus mengulangi nya. Aku hanya mencintaimu…”,
“Tapi aku tidak merasakannya! Aku tidak merasa kamu mencintai aku!… Sepenuhnya...Aku ngerasa cintaku tak pernah kamu balas dengan seimbang!”, terdengar suara si wanita mulai meninggi lagi.
to be continued...
judul keinspirasi cerpen seno gumira ajidarma, judulnya lupa