headerversi2

Thursday, April 03, 2008

krisis bisa membunuh atau menguatkan

Hampir sebulan saya tidak posting blog, dan memang otak bener-bener lagi ga konek buat nulis. Ada satu dua ide tulisan, tapi selalu tak beranjak dari paragraf pertama. Bahkan setelah dua kalimat pertama posting ini, otak saya langsung terbang kesana kemari, ga jelas mo nulis apa. Untuk kali ini saya ga maksain diri, tangan mau nulis apa terserah dan tidak terlalu saya pikirkan.


Masing-masing orang punya mekanisme penyelamatan untuk drinya sendiri. Sebenernaya (sekali lagi sebenernya), ketika seseorang kena krisis, dia selalu punya cara untuk menyelesaikan krisisnya tersebut. Saya jadi teringat saat SMU menjelang UMPTN, ada beberapa temen yang katakanlah tidak pintar, karena bahkan rangking hampir di peringkat laste atau dua sampe lima terbawah dari 40 siswa, tapi nekat aja daftar di sekolah teknologi yang (dulu-konon) terbaik di Indonesia. Mungkin saya termasuk yang itu juga hehehe.


Adalah seorang teman yang menanamkan sense of crisis itu di jidat saya. Provokasinya harus saya akui luamayan manjur. Saya yang tadinya lebih seneng ngeband, nongkrong daripada belajar, bahkan tidak kepikiran banyak sama UMPTN, kemudian jadi kepikiran lebih serius belajar (walo sebenernya rada telat dan sifatnya instan). Kami yang tadinya klinang klinong ga karuan mulai aktif latihan soal dan yang paling penting mulai rada optimis, “berani berharap” dengan makhluk bernama UMPTN tersebut. Mungkin hanya karena keberuntungan dan doa (siapa saja) yang membuat beberapa dari kami akhirnya bisa lolos.


Bisa jadi sense of crisis dalam beberapa hal memang bisa membuat pintar. Kesulitan (dengan beberapa catatan) memang harus diciptakan. Apakah kondisi sekarang ini (yang membuat otak saya jadi ga konek) mirip dengan saat UMPTN dulu? Saya sungguh ga tau, karena kejadian UMPTN itu tiba-tiba saja terlintas dalam otak ketika saya dihadapkan pada kondisi yang mulai memacu adrenalin. Apakah ketika adrenalin dipacu, otak menjadi lebih cepat bekerja dan manusia jadi bisa mengeluarkan beberapa kemampuan terbaiknya? Mungkin…


Krisis selalu punya dua sisi, membunuh atau menguatkan. Krisis, masalah, halangan, hambatan, dst itu dapat dipastikan 100% akan jadi bagian dalam hidup. Ga ada persoalan berarti ga ada kehidupan, seperti langit dan bumi. Masalah itu ibarat sebuah ujian tanpa pelantikan. Gak ada inagurasi di (dunia) sini, gak ada sertifikat kelulusan setelah menyelesaikan satu persoalan, bahkan mungkin gak perlu tepuk tangan tanda kemenangan (karena memang belum pasti menang). Bahkan menjadi palsu dan sia-sia sebuah perayaan selesainya sebuah persoalan tanpa ada yang penambahan kualitas dalam kehidupan.

3 comments:

Anang said...

masalah dan krisis harusnya mempertebal benteng kita sehingga mampu menghadapi masalah2 berikutnya.. wkwk

Anonymous said...

kembali lagi ke pilihan hidup. mau terbunuh atau terkuatkan :)

Anonymous said...

secara lambang kata a la china,krisis iku dibahasakan dg dua lambang kata :death dan opportunity..jadi menghadapi krisis kita boleh menganggapnya sbg dua hal tsb..silakan pilih :)