headerversi2

Monday, November 24, 2008

Semua Bisa Jadi Presiden!

Bagaimana sih caranya supaya bisa terpilih menjadi Presiden? Bagaimana caranya supaya bisa meraih jabatan Gubernur meskipun modal kita terbatas?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang menjadi latar awal kami mengembangkan sebuah game online dengan tema politik yang diberi nama Demokrezy. Game ini didesain sebagai sebuah simulasi sederhana proses seseorang mencapai posisi kepala eksekutif mulai dari tingkat Kepala Desa, Bupati, Gubernur, hingga Presiden. Proses politik yang seharusnya serius dan cenderung membuat kepala panas, kami modifikasi menjadi menyenangkan dan membuat senyum.

Game hasil kerjasama dua perusahaan asli dalam negeri ini bisa dimainkan di www.demokrezy.com. Saat ini masih dalam versi beta dan baru awal bulan depan akan masuk versi 1.0.

Kami cuma berharap orang-orang bisa belajar berpolitik dengan ceria lewat game ini, jumlah membernya banyak dan menjadi satu komunitas, serta tidak lupa juga model bisnisnya pun berjalan baik sehingga dapat berkembang lebih jauh.

www.demokrezy.com - Semua Bisa Jadi Presiden.

Friday, October 31, 2008

mejeng di kompas jabar!


wah kemaren tgl 30, dapet kesempatan mejeng di kompas Jabar.
hehehe...berbatik batik ria, bernarsis-narsis, dapet kesempatan buat promosi game online pula.

Berani klaim deh, game yang kami bikin adalah game politik online pertama dari Indonesia. Game ini sendiri adalah hasil kerjasama Lokilaki Game Studio dengan Oxygames. Konten khas Indonesia, SDM yang ngerjain semua orang Indonesia, bener-bener game asli Indonesia. Indonesia ternyata punya bakat-bakat yang "berani diadu" looo.
Ayo ayo siapa berikutnya??! :D

Lucunya lagi, ternyata kami buka lowongan kerja namanya ICR singkatan dari Internet Community Rider. Tau ga, kerjaannya adalah forum walking, blog walking, sapa sana sapa sini, berkunjung ke komunitas online dll. Bersenang-senang, dapet duit deh pokoknya...

Ternyata dunia ini semakin aneh...hehehe.
Ayo ayo siapa mo daftar? Kirim ke email aja ya triadi@lokilaki.com

Friday, June 20, 2008

Negara Mafia atau Mafia Negara ? ( I )

Nulis buat kolom surat pembaca masuk ga ya?

Hari Rabu (18/6/08) malam kemarin pukul 22.30 saya menyaksikan tayangan program Metro Realitas di stasiun TV Metro. Tema yang diangkat membuat saya sangat geram sekaligus tidak habis pikir. Di tayangan program tersebut diberitakan bahwa beberapa petani jagung di Kediri dihadapkan pada tuntutan hukum (malah ada yang sampai dipenjarakan 5 bulan) karena inisiatif dan kreativitas mereka dalam pemuliaan bibit jagung. Inisiatif dan kreativitas ini muncul sebagai respon terhadap tingginya harga bibit jagung hibrida yang mencapai Rp 50.000,00 per kg (bandingkan dengan harga bibit hasil pemuliaan para petani yang hanya Rp 15.000,00 per kg). Tingginya harga bibit ini membut mereka tidak dapat mengambil untung dari usaha pertaniannya.


Dan siapa pihak penuntut para petani tersebut? Tentu saja perusahaan pemilik/penjual bibit jagung hibrida multinasional (berbasis di Thailand) yang kabarnya terbesar se-Asia. Tuntutan yang diajukannya adalah pelanggaran terhadap HAKI, dan tuntutan ini di-back up juga oleh Yayasan Perlindungan Konsumen. Melalui segala lika-liku persidangan dengan ideologi pasar bebasnya, maka persidangan pun (tentu) dimenangkan oleh si korporasi global. Namun sangat mungkin sekali, para petani itu dihukum karena tidak mau menanam jagung menggunakan bibit yang dijual oleh si korporasi global. Sementara di sisi lain, aparatur negara pun dengan segala daya upaya ‘memaksa’ untuk hanya menggunakan bibit keluaran korporasi global tersebut dan tidak memberi ruang sedikitpun kepada para petani untuk berkreasi dan mengembangkan kemampuannya di bidang pemuliaan bibit tanaman.


Pertanyaan terbesar dalam benak saya adalah : Kepada siapakah sebenarnya keberpihakan pemerintah dalam hal ini? Jika berpihak kepada para petani (yang menurut saya adalah pahlawan pangan nasional), mengapa pemerintah hanya diam terhadap masalah ini? Mana political will pemerintah dalam kasus ini? Mengapa pemerintah c.q. Menteri Pertanian tidak mati-matian membela para petani itu? Bukankah ini menyangkut harga diri dan kepentingan bangsa? Apakah tuduhan melanggar HAKI sudah tepat digunakan dalam masalah ini? Bukankah alam, tanah, tumbuhan dan segala isinya adalah anugerah Tuhan yang boleh dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh manusia untuk kesejahteraan bersama? Dan lebih mendasar lagi, bukankah para petani itu adalah lapisan masyarakat yang paling berjasa menjaga perut masyarakat Indonesia namun selama ini (disadari atau tidak) disingkirkan? Mengapa pemerintah tidak berusaha memuliakan mereka walaupun hanya sekali ini saja? Bahkan Amerika yang negara adidaya pun melakukan proteksi ketat terhadap pertaniannya...


Mungkin kita harus belajar pada Jepang dan China pada masa awal kebangkitan mereka beberapa dasawarsa silam. Mereka menyadur habis-habisan semua teknologi dari barat dan kemudian dijiplak dan dikembangkan berdasarkan kemampuan mereka. Inilah yang kemudian dikenal sebagai ‘Reverse Engineering’. Hebatnya, pemerintah Jepang dan China mendukung habis-habisan usaha ini dan melindungi para pelaku reverse engineering dari segala tuntutan, termasuk tuntutan terhadap pelanggaran HAKI. Teknologi itu harus direbut !


Namun jika keberpihakan pemerintah adalah kepada korporasi global tersebut, maka saya tidak bisa menyalahkan aksi diam aparat negara terhadap kasus ini. Berarti benar dugaan saya bahwa negara ini diatur dan diselenggarakan dengan azas mafia, dan aparat-aparat negara pun sudah menjadi perangkat mafioso. Siapa yang menjadi Don, siapa yang menjadi Consigliori, siapa yang menjadi Caporegime, tentu kita sudah bisa menduga. Toh sangat jelas di depan mata, siapa saja mereka itu.


Wahai Bapak Presiden dan Wapres, wahai anggota dewan yang terhormat, wahai Bapak Menteri Pertanian... (Wahai Pak Prabowo??)..Bangunlah! Bukalah mata! Gunakan hati nurani! Dan kepada para petani Indonesia...malang nian nasibmu...



Wednesday, May 14, 2008

maaf...

ada perasaan yang tak harus diberi nama,
ketika ruang dada sesak bayangan...
dia yang kemarin ada disana,
lalu menjauh perlahan
melambai tangan...

ada perasaan yang tak harus diberi nama,
ketika pelupuk adalah patahan sungai,
dan gumpalan airmata terbendung
padahal di hulu hujan badai

dan mungkin semuanya harus kita biarkan tak terberi nama...

( i : ...maaf...)

Monday, May 12, 2008

warung dan mimpi pemberdayaan masyarakat

Dulu saya pernah bikin warung namanya Planet Minuman. Wuih…kereeeen!! hehe…Konsep pertamanya adalah jualan juice dengan buah dicampur-campur. Keinginan awal selalu bagus, muluk muluk malah kejauhan, hingga karena satu dan banyak hal kemudian berubah menjadi warung batagor. Saya sangat yakin hampir tidak ada yang cacat dengan rasa batagor buatan warung saya. Saya punya resep bagaimana membuat batagor istimewa, rasa ikan yang kental, garingnya kerasa di luar tapi ketika digigit akan ada rasa lemak yang pas bermain di lidah. Bukan omong kosong karena hingga sekarang masih banyak bekas pelanggan yang “tetap nunggu” warung saya ini buka lagi. Hanya delapan bulan warung itu bertahan, lokasi yang ga enak, salah manajemen, salah perkiraan, salah salah salah dst…weleh…kegagalan selalu banyak alasannya. Tapi sungguh, gagal yang kemaren malah bikin saya penasaran, saya masih pengin nyoba lagi. Sampe sekarang saya masih memelihara mimpi punya sebuah “warung”. Karena itulah blog ini dibuat, sekedar sebage salah satu alat untuk mengingatkan mimpi saya.


Dan entah gimana sebab dan musababnya, saya kemaren diketemukan lagi dengan bekas karyawan warung batagor saya. Saat ini dia kembali jualan siomay. Awalnya hanya ngobrol biasa nanya kabar ini itu, perkembangan jualan dst. Mimpi itu masih ada, keinginan untuk mengajak dia kembali jualan bareng juga masih ada, tapi untuk saat ini dengan beberapa pertimbangan, saya belum bisa merealisasikannya. Sampe akhirnya dia cerita bahwa sedang kehabisan modal dan sedang berusaha meminjam ke seseorang katakanlah rentenir. Padahal tidak butuh banyak, beberapa ratus ribu dan sedikit juta tapi pengembalian flat dan gede banget.


Sungguh tidak ada dalam rencana dan agenda saya sebelumnya bahwa saat itu saya akhirnya kepikiran ngasi modal kerja, pengembalian bagi hasil saja dan bahkan menyarankan nambah satu gerobak lagi. Ditambah lagi setelah itu ada pedagang bakso lain dan warung indomie yang pengin dimodalin juga :P (emang saya tambang duit apa ya…hehe). Sebenernya rada ngawur tawaran saya ini, ngasi modal darimana, wong uang di kantong sedang ga ada, tapi saya punya keyakinan bahwa banyak temen yang mau dengan tawaran seperti ini karena usaha kecil seperti inilah yang riil, usaha sudah jalan, hanya butuh sedikit modal dan insya Allah pengembaliannya juga riil (catatan : kalo ga dibawa lari :P). Saya bukan orang yang bersih, di lingkup kegiatan saya bersliweran barang-barang hasil riba (pinjaman lembaga keuangan, kredit ini itu dst dst), tapi saya hanya ingin cukuplah orang-orang seperti saya yang “kejebak” riba, dan usaha kecil seperti ini harusnya bebas dari rentenir dan riba yang terlalu keji.


Batagor ini komoditas tradisional yang masih bisa diulik dengan sentuhan sistem bagus dan kemasan modern. Toh saya sudah punya resep istimewanya. Rencana itu ada dan sekarang saya sedang berada di perjalanannya. Hmmm..menarik.


Catatan kaki :

Sebenernya ada satu saran, mungkin jauh lebih baik menjadi orang fokus di satu segmen bisnis, menekuninya habis-habisan, melototin siang malam, gila-gilaan sampe mentok. Eat, dream and sleep with that kata orang. “Kalo sudah berkecimpung di teknologi ya jangan lalu bikin warung makan, loe ga ada spesialisasi dan ga akan menjadi besar”, kata temen saya suatu saat. Tapi, saya masih ada keyakinan, dunia bisnis bukanlah dunia hitam putih harus gini harus gitu dan barangkali saya diciptakan di dunia memang bukan untuk menjadi seperti steve jobs ato bill gates yang punya visi jauh ke depan tentang teknologi sekaligus mampu merealisasikannya.

Karena mungkin saya memang punya peran sendiri di dunia ini. Entah sebuah dunia kecil ato dunia sebesar apa, dunia yang jadi tanggung jawab saya, bukan orang lain.

Friday, April 04, 2008

Stay Hungry. Stay Foolish.

Dapet dari milis, terjemahannya mungkin oleh mas Mohammad Andri Budiman (mandrib@gmail.com).

'You've got to find what you love,' Jobs says
http://news- service.stanford .edu/news/ 2005/june15/ jobs-061505. html
(http://news- service.stanford .edu/news/ 2005/june15/ jobs-061505. html)

Naskah pidato Steve Jobs, CEO Apple Computer dan Studio Animasi
Pixar, dalam acara pelepasan mahasiswa Stanford, 12 Juni 2005.


Nasehat Steve Jobs: "Kamu Harus Temukan Apa yang Kamu Sukai"

Saya diberi kehormatan untuk bersama kalian di hari pertama di salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah lulus kuliah. Bahkan sesungguhnya inilah saat terdekat saya terlibat dalam upacara wisuda. hari ini saya ingin berbagi tiga cerita dalam kehidupan saya. Hanya itu, tidak lebih. Hanya tiga cerita.


Cerita Pertama adalah mengenai rangkaian titik-titik.


Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena kecelakaan" dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi. Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran karena ingin bayi perempuan. Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang: "kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut; Apakah Anda berminat? Mereka menjawab: "Tentu saja." Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi.


Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun, dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya tidak melihatmanfaatnya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya ambil.


Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai. Masa-masa itu tidak selalu menyenangkan. Saya tidak punya kamar kos sehingga menumpang tidur di lantai kamar teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna. Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat berharga. Saya beri Anda satu contoh: Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.


Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang.


*Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang*. Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi, takdir, jalan hidup, karma Anda, atau apapun istilah lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak perbedaan dalam kehidupan saya.


Cerita Kedua Saya adalah mengenai Cinta dan Kehilangan.

Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz dan saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple
berkembang dari hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk terbaik kami -Macintosh- satu tahun sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat.


Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan?


Yah, itulah yang terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaanbersama saya. Dalam satu tahun pertama,semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di usia 30 saya tertendang. Beritanya ada di mana-mana. Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya, tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan.


Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya, saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon Valley. Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul kembali, saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta.


Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal.


Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya.


Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene dan saya memiliki keluarga yang luar biasa.


Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya.


*Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangankehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun pasangan hidup Anda. *Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan
hubungan hebat lainnya, semakin lama- semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti.


Cerita Ketiga Saya adalah mengenai Kematian

Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: "Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar." Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri: "Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?" Bila jawabannya selalu "tidak" dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya harus berubah.


Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut, malu atau gagal- tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.


Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas.
Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang. Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal.


Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya, yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang.


Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi. Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna:


Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu.


Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yangterpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor dua.


Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama "The Whole Earth Catalog", yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat. Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi "The Whole Earth Catalog", dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: "*Stay Hungry. Stay Foolish.*" (Tetaplah Lapar. Selalu Merasa Bodoh).


Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan
mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru, saya harapkan Anda juga begitu.

Stay Hungry. Stay Foolish.
Terima kasih semuanya.

http://www.youtube. com/watch? v=D1R-jKKp3NA
<http://www.youtube. com/watch? v=D1R-jKKp3NA>

***


Thursday, April 03, 2008

krisis bisa membunuh atau menguatkan

Hampir sebulan saya tidak posting blog, dan memang otak bener-bener lagi ga konek buat nulis. Ada satu dua ide tulisan, tapi selalu tak beranjak dari paragraf pertama. Bahkan setelah dua kalimat pertama posting ini, otak saya langsung terbang kesana kemari, ga jelas mo nulis apa. Untuk kali ini saya ga maksain diri, tangan mau nulis apa terserah dan tidak terlalu saya pikirkan.


Masing-masing orang punya mekanisme penyelamatan untuk drinya sendiri. Sebenernaya (sekali lagi sebenernya), ketika seseorang kena krisis, dia selalu punya cara untuk menyelesaikan krisisnya tersebut. Saya jadi teringat saat SMU menjelang UMPTN, ada beberapa temen yang katakanlah tidak pintar, karena bahkan rangking hampir di peringkat laste atau dua sampe lima terbawah dari 40 siswa, tapi nekat aja daftar di sekolah teknologi yang (dulu-konon) terbaik di Indonesia. Mungkin saya termasuk yang itu juga hehehe.


Adalah seorang teman yang menanamkan sense of crisis itu di jidat saya. Provokasinya harus saya akui luamayan manjur. Saya yang tadinya lebih seneng ngeband, nongkrong daripada belajar, bahkan tidak kepikiran banyak sama UMPTN, kemudian jadi kepikiran lebih serius belajar (walo sebenernya rada telat dan sifatnya instan). Kami yang tadinya klinang klinong ga karuan mulai aktif latihan soal dan yang paling penting mulai rada optimis, “berani berharap” dengan makhluk bernama UMPTN tersebut. Mungkin hanya karena keberuntungan dan doa (siapa saja) yang membuat beberapa dari kami akhirnya bisa lolos.


Bisa jadi sense of crisis dalam beberapa hal memang bisa membuat pintar. Kesulitan (dengan beberapa catatan) memang harus diciptakan. Apakah kondisi sekarang ini (yang membuat otak saya jadi ga konek) mirip dengan saat UMPTN dulu? Saya sungguh ga tau, karena kejadian UMPTN itu tiba-tiba saja terlintas dalam otak ketika saya dihadapkan pada kondisi yang mulai memacu adrenalin. Apakah ketika adrenalin dipacu, otak menjadi lebih cepat bekerja dan manusia jadi bisa mengeluarkan beberapa kemampuan terbaiknya? Mungkin…


Krisis selalu punya dua sisi, membunuh atau menguatkan. Krisis, masalah, halangan, hambatan, dst itu dapat dipastikan 100% akan jadi bagian dalam hidup. Ga ada persoalan berarti ga ada kehidupan, seperti langit dan bumi. Masalah itu ibarat sebuah ujian tanpa pelantikan. Gak ada inagurasi di (dunia) sini, gak ada sertifikat kelulusan setelah menyelesaikan satu persoalan, bahkan mungkin gak perlu tepuk tangan tanda kemenangan (karena memang belum pasti menang). Bahkan menjadi palsu dan sia-sia sebuah perayaan selesainya sebuah persoalan tanpa ada yang penambahan kualitas dalam kehidupan.

Wednesday, March 05, 2008

Kulinaria (II) - Warung Sate yang CEO nya sarungan

Ada beberapa kebiasaan saya kalo datang ke warung makan yang rame,

  1. sambil menunggu makanannya datang, biasanya saya lirik kanan lirik kiri ngelihat situasi apa sih sebenernya yang bikin warung tersebut rame.
  2. tentu saja apa sih keistimewaan makanannya, rasanya, seberapa cepat pelayanannya
  3. biasanya ngitung-ngitung (kira2 aja) omzet warung tersebut. Memang kurang kerjaan, tapi ga tau deh…ini otomatis!:P
  4. saya biasanya nanya siapa pemiliknya dan mencari-cari adakah sosok pemiliknya di situ. Bagaimana saya menebak pemilik warung? Inilah yang bagi saya menarik, karena pemilik bisnis yang sukses akan punya aura. Melihat dan merasakan aura sukses bagi saya sangat menyenangkan. Beberapa CEO warung sukses biasanya orang yang punya vitalitas, antusiasme dan semangat yang sangat tinggi. Saya beberapa kali mendapati banyak dari mereka ini yang “hanya” lulusan SMU (kadang malah SDTidak Tamat), tapi mereka sangat yakin dengan diri mereka sendiri. Satu hal lagi, biasanya CEO warung yang sukses, orangnya….lucu!

ya

Warung ini ruameee poll, mbanyu mili istilah jawanya! WARUNG SATE SIDAREJA, jalan Sunda dekat rel kereta api. Saya ga tau persis berapa lama warung ini sudah berdiri, tapi ketika dulu pertama kali saya dateng (tahun 2004?), walaupun sudah lumayan rame, tapi belum sebesar dan sebersih ini. Sepertinya memang baru saja direnovasi. Dulu masih satu lantai, sekarang sudah dua lantai, dulu dindingnya terlihat suram sekarang tampak semakin cerah, Dulu pegawainya hanya sekitar 10 orang, kemaren saya nanya sudah ada sekitar 40 orang. Wow..mantaph!

Ada sekitar 30-35 meja di lantai satu, di lantai dua ga tau ada berapa, mungkin 20 an meja. Inilah setelan warung yang saya suka, sedikit terbuka, tapi tetap “berjarak” dengan dunia luar. Kalopun hanya sedikit manusia yang ada disitu, mungkin kita akan tetap merasakan aura rame. Suara kompor dan air yang menggelegak, pelayan yang (sok sibuk) mondar-mandir mencatat pesanan, kalo perlu ditambah suara kipas angin adalah kesan dan pesan bahwa Anda tidak sendirian di warung ini. Catatan pertama adalah warung yang rame akan menjadi semakin rame.

Kami bertiga memesan tongseng kambing tiga porsi dan sate polos satu setengah porsi. Berbeda dengan dulu, penyajian sate kali ini telah mengalami modifikasi yaitu sate diletakkan di atas hot plate. Saya beroleh momen, di atas hotplate yang berisi sate kambing ngepul itu saya peras jeruk sambel. Cesss…air perasan membuat bau harum langsung meruah menggoda lidah dan perut kami.

Satu, dua, Mulai!

Sate kambing lah yang pertama kali menyentuh lidah. Hmmm…rasa satenya tetap mantaff (kata orang sunda mah), hanya empuknya kambing yang berubah, rada bikin pegel ngunyahnya. Saya rasakan lebih empuk yang dulu. Sulitnya warung laris adalah jaga kualitas bahan baku. Ini hampir sama dengan kasus temen saya, buka warung bebek (rame juga) yang beberapa kali juga repot cari bahan baku bagus. Tongsengnya saya rasa lebih oke, kental, mblenek mak sekk…Satu persatu ludes dan cukup bikin puyeng (jangan2 kecenderungan "tinggi" nih..:D). Kalo yang lincah ngoceh makanan mbak mendol satu ini deh…


Selesai makan, hujan masih gede banget. Memaksa menerobos hujan saya pikir bukan ide yang oke, karena itu diputuskan menunggu. Sambil menunggu hujan reda, kami duduk-duduk di dekat dapur bakarnya. Disitu ada pencatatan pesanan. Iseng-iseng saya nanya ini itu. Dari hasil tanya-tanya itu :


  1. Dalam satu hari (peak time sabtu minggu), ada sekitar 200 meja pesanan. Katakanlah satu meja memesan rata-rata 4 porsi. Asumsi satu porsi orang pesan makanan dan minuman 25 ribu. Omzet sebulan (sabtu minggu) sekitar 160 juta.
  2. Untuk hari lain dalam sebulan (senen sampe jumat), asumsi omzet harian setengah dari jumlah di atas. Berarti sebulan omzetnya adalah 220 juta.
  3. Total omzet sebulan 380 juta.
  4. Overhead pegawai 40 orang, ambil rata-rata gaji 1 juta (level atas sampe bawah), maka gaji total sebulan 40 juta.
  5. Bahan baku. 5 kuintal daging, ayam, sapi, dan lain-lain sekitar 20 juta.
  6. Rumah sendiri (tidak sewa),2
  7. Lain-lain (maintenance gedung, pembersih dll) 5-7 juta.
  8. Pendapatan sebulan mungkin sekitar 380 juta dikurangi 70 juta sebulan!! Berapa hayoooo! Wakss!

Ada overhead lagi yang belum??

Dan Mas Gino sang CEO, cukup sarungan buat inspeksi. Mungkin sudah ngaspal jalan di Sidareja sana, bikin masjid, ato barangkali nyalonin diri buat 2009?? hehe

Monday, March 03, 2008

kulinaria (I)

Ada dua jenis warung yang saya cari dari jalan-jalan kulinaria. Satu, mencari warung yang sangat rame pengunjungnya, dua mencari warung yang kelihatannya enak tapi sepi banget. Dua-duanya dirangsang oleh rasa penasaran. Katakanlah ada dua warung menjual barang yang sama, harga sama, rasa tidak kalah jauh, tapi dalam kenyataan nasibnya bisa sangat berbeda. Inilah menariknya dunia kuliner, lebih banyak ketakterdugaan, keberuntungan, dan seringkali justru anti marketing.


Saya pernah bikin warung jus yang kemudian karena satu dua hal saya ubah jadi warung batagor-bakso. Pernah sepi, pernah (sedikit) rame dan juga sekalian bangkrutnya :D. Untuk kasus warung itu, saya tahu penyebab ketiga-tiganya. Kasus kuliner bagi saya menarik. Warung bagi saya adalah model sebuah bisnis yang lengkap. Kita berbelanja bahan mentah dan bahan baku, mengolahnya jadi masakan siap saji, menjual, memasarkan, mengatur cashflow, dan kalo warung bertambah gede-banyak cabangnya maka akan bicara masalah distribusi. Mulai dari proses produksi (urusan orang teknik), keuangan, manajemen, pemasaran (orang ekonomi) sampe perdukunan pun kadang ditawarkan. Satu hal kelebihan warung adalah bisa dilakukan dengan modal sekecil2nya dan sekaligus bisa juga sebesar-besarnya.


Mengapa warung yang sangat sepi menarik untuk dikunjungi?


Semua pasti ada formulanya, saya bisa belajar kesukesan tidak hanya dari warung rame tapi juga warung yang sepi. Seperti halnya warung Bakso Kota Cak Man yang ada di Jalan Dipati Ukur Bandung. Bagi orang Malang mungkin akan segera mengenalinya karena memang asal muasal warung ini dari sana, tapi bagi orang Bandung rupanya warung ini musti kenalan lebih jauh lagi deh. Letak Strategis, di jalan utama, diapit dua universitas swasta yang rame ternyata tak membuat warung ini banyak penggemarnya. Karena itulah minggu kemaren saya mencoba masuk kesana.


Tempat parkir luas, dan walo berada di antara dua universitas, tapi bukan berada di zona macet, sehingga masih nyaman untuk berparkir ria. Nah ini dia! Saya menemukan penyebab pertama. Dari luar warung ini terlihat sangat sepi. Saya ingin makan di tempat makan, bukan di kuburan. Walo saya tidak ingin diganggu pengunjung lain, tapi saya ingin ada banyak orang untuk lirik-lirikan. Ini adalah semi lingkaran setan, warung rame akan menjadi semakin rame, warung sepi akan menjadi semakin sepi.


Setelah itu, pilih dan ambil sendiri baksomu! Hmmm, bakso goreng, siomay basah, siomay kering, rolade tahu dengan telur puyuh di tengahnya, bakso urat dua biji, dan hey…ada siomay dibungkus kol! Cukup, itu porsi saya. Taburkan seledri dan bawang goreng di atasnya. Setelah pelayan menuangkah kuah khas bakso malang, yang tidak terlalu kental ato nggajih istilahnya, wuahh..harum bawang langsung semerbak, melirik ke temen yang tampak menikmati aroma itu sambil senyam-senyum.


Saya menuju tempat duduk di pojok biar bisa melihat situasi. Menyeruput kuah terlebih dahulu, lalu sok nge- Bondan Winarno…hehe. Rasa yang pas (enak tapi ga banget-banget lah) dan harga tidak terlalu tinggi sebenernya. Tapi sekali lagi mengapa sepi? Saya melongok kiri kanan depan belakang. Ah ini! Tadinya saya bingung apa ya yang bikin saya ga nyaman, kemudian saya ketemu dinding itu! Dinding inilah yang jadi pemisah suasana di dalam dengan suasana di luar warung. Untuk sebuah warung bakso, sekali lagi yang konsepnya warung, hal ini diartikan sudah mengkhianati khittahnya. Bakso kalo saya pikir adalah makanan sekunder yang dimakan rame-rame, tidak serius, santai, hahahihi sesekali ngerumpi. Warung bakso bukanlah rumah bordil, dia harus “terbuka”, tidak jaim, mau bergaul dengan dunia luar. Dinding itu adalah sebuah kesalahan cukup fatal!


Seperti yang saya alami, satu kesalahan akan merembet ke kesalahan lain. Jus yang belum diberi gula, pelayan yang tak berseragam dan seterusnya hanyalah efek ikutan dari kesalahan pertama, yaitu warung tidak rame! Dua jam saya nongkrong (jam makan siang), pengunjung hanya bertambah sekitar 10 orang. Katakanlah masing2 membelanjakan 15 ribu, saya berasumsi kasar omzet sehari 900 ribu. Wah memble nih untuk tempat sebagus dan segede itu. Kalo tidak berubah ya tunggulah kejadiannya. Nah ini petualangan ke warung yang tidak rame, besok kita akan ke warung yang sangat rame! Sok tahu bener ya…namanya juga pengamat hehehe.


Hari minggu kemaren ini, saya ke warung sate Sidareja yang ruameee poll! Saya sempat ke dapurnya dan nanya ini itu, sempat ngitung-ngitung…Hmmm, menarik untuk dibahas, setelah posting ini deh.

Friday, February 29, 2008

mending jualan IT ato beras??

Yang saya senang dari dunia bisnis adalah saya “harus (mungkin lebih enak mau ga mau)” selalu kenalan dengan orang baru! Kita musti terus mencari jejaring dan lebih daripada itu adalah memperbanyak silaturahmi. Kemaren dapet ngobrol menarik di ym sama seorang pengusaha yang pernah nguplek-nguplek dunia IT, tapi sekarang malah fokus di fashion. Rupanya memang bertambah banyak “barisan sakit hati” terhadap dunia bisnis IT. Setelah kemaren-kemaren dapet info dari temen kalo pemilik salah satu bisnis IT lumayan terkenal di Bandung memutuskan jualan BERAS, saya pikir fenomena ini sangat menarik..:). Kenapa bisa gitu ya?

ini obrolan saya sama tukang bisnis fashion tersebut,

saya: "salam kenal mas"

rosihan: "salam Pak .. apakabar ?"

saya: alhamdulillah, saya dapet ym bapak dari web

saya: sepertinya kita sama kuliahnya mas J

rosihan: oh iya ...angkatan ?

saya: angkatan 97, tapi bisnisnya bukan sesuai jurusan hehe

rosihan :D ..siip

rosihan: sama dong ..malu klo bisnis di dunia itu, IPnya 2 koma alhamdulillah

saya: hehehe…:D

rosihan: sekarang bisnis apa Pak ?

saya: di multimedia, www.lokilaki.com

saya: eh saya panggil apa ya enaknya, mas rosihan?

rosihan: bentar ..saya lgi browse ..boleh panggil apa aja

rosihan: keren disainnya

rosihan: mas ... sudah lama di bisnis ini ?

saya: baru 2 tahunan mas

rosihan: sudah banyak kliennya yaa

saya: alhamdulillah mas,bisa jalan :)

saya: kalo mas rosi sekarang bisnis apa aja?

rosihan: saya lagi fokus di fashion

rosihan: saya di IT sudah 10 taun, www.neslink.com

rosihan: sekarang sedang saya tinggalkan

rosihan: sekarang lagi fokus ngembangin www.saqina.com

rosihan: ngembangin jaringan toko ritel busana muslim

saya: baju dan apparel muslim ya mas?

rosihan: iya

saya: kalo saya sekarang masih proyek mas,tapi mulai dikit2 r&d bikin produk sendiri

saya: btw kok bisa ke baju muslim awalnya gimana? IT dah ga menarik ya? hehe

rosihan: IT capek mas ...,pemahaman soal bisnis-ku sudah berubah ...

rosihan: saya sempat kerja 5 tahun, di Astra 3 taun, di Detikcom 2 taun, tahun 2002 bikin konsultan IT sendiri ..modal gaji terakhir, kemudian sejak itu ssampai 2006 hidupku dari proyek ke proyek mas. Dari 1 karyawan sampai 15 karyawan ...,sekarang sudah tinggal 2 karyawan aja ... nov 2007 kemarin saya lepaskan karyawan IT saya ...

rosihan :D ...

saya: wah menarik nih mas, rata2 orang yang mroyek IT pasti gini…hehe

rosihan: iya mas ...segera keluar dari dunia proyek

saya: saya juga ngerasa gitu, bisnis proyek ke proyek ga bagus

rosihan: ada bagusnya fokus di produk & brand

saya: iya betul mas

rosihan: klo di multimedia, medingan jualan konten yang dikemas dengan multimedia yang bagus ..lalu dijual sebagai produk dengan brand

rosihan: nanti lama-2 brandnya makin kuat. Klo brandnya sudah kuat, orang akan beli apa aja yang diproduksi brand itu

saya: iya, rencananya seperti itu mas

saya: makanya sebelum kehilangan momentum kita mulai r&d produk

rosihan: iya siip ...satu langkah awal yang tepat

rosihan: saya aja sekarang agak menyesal, kehilangan waktu 5 tahun mas

rosihan: itu ongkos belajar yang mahal ...

triyadi_yuwono: maksudnya gimana?

rosihan: ya ..saya dulu belum tahu, kalau dunia jasa IT pembatasnya banyak ...saya hanya tergiur uang besar jangka pendek dari proyek-proyek

rosihan: untuk penghasilan ok, tapi masa depan tidak ada ...

rosihan: satu hal paling penting di IT, khususnya software development adalah, ilmu yang kita pelajari 5 tahun lalu tidak bisa kita pakai lagi sekarang, otomatis sdm-nya begitu juga

saya: wah betul mas, emang mending gerak di konten nya ya, bukan di teknologinya

rosihan: iya ...

rosihan: sekarang saya lagi terus mencari bisnis yang fundamental ...bisnis yang bisa kita lipatgandakan tak terbatas ...

saya: wah asik nih mas, saya mbok dikasi ilmunya

rosihan: ya kapan-2 ngobrol aja mas

rosihan: faktor pembatasnya kecil... bisa terjadi ledakan omset

saya: hmmm bener juga ya

yah…walopun bukan hal baru tapi sebuah obrolan yang singkat tapi mencerahkan. Dunia bisnis proyek ke proyek memang bisa menghidupi tapi sampe gimanapun tidak akan bisa membesarkan. Proyek bisa menghidupi, tapi produk lah yang akan membesarkan. Mungkin…hehe. Ato mungkin saya suatu saat akan kembali jualan batagor? seperti dulu?? ah ga tau deh apa yang akan terjadi nanti...

Thursday, February 21, 2008

baca..baca...

Saat kuliah adalah masa emas untuk membaca, walaupun payahnya yang saya baca bukanlah buku-buku literatur yang berkaitan dengan kuliah teknik, melainkan buku-buku sosial. Kalo dipersentasikan mungkin 75% buku mblukuthuk dan 25% baru buku teknik (hehe..mungkin ini yang bikin teknologi Indonesia ga maju-maju ya:P). Bahkan yang lebih menyedihkan lagi saya justru sering membaca novel saat kuliah berlangsung.


Tapi ada saat dimana menjelang wisuda, saat sudah mulai merintis bisnis, saya menjadi ogah-ogahan membaca, cenderung takut. Bukan apa-apa, setiap kali selesai membaca saya merasa buku-buku tersebut hanya sebuah pengulangan dan bermuara pada just do it (kebetulan waktu-waktu ini saya banyak baca buku tentang kapitalis). Takutnya adalah ternyata ketika saya kebanyakan membaca, energi untuk beraktivitas malah berkurang. Tidak banyak inisiatif di dunia nyata, saya terlalu berkutat dengan ide dan ide. Bahkan salah satu mentor saya pernah menyarankan lebih baik jangan kebanyakan membaca buku apalagi koran. Banyak informasi sampah dan seringkali justru kontraproduktif dengan bisnis. Baru setelah beberapa lama saya bisa memahami permasalahan bukan terletak pada membaca buku, tapi lebih karena saya belum bisa membagi energi dengan baik.


Sekarang saya justru sedang gila membaca! Dalam buku Pursuit of Happines, ibu Chris Gardner bilang bahwa tempat paling berbahaya dunia adalah perpustakaan. Kalo saya bilang, untuk saat ini tempat berbahaya adalah toko buku, karena tiap kali kesana saya harus merogoh kocek untuk membeli buku-buku yang menggiurkan :D. Dan ini sungguh berbahaya bagi ke
baikan cashflow...hehe


Ada dua buku yang menginspirasi saya, yang pertama adalah Rahasia Meede karangan E.S. ITO. Sebuah novel fiksi sejarah yang memanja otak untuk menari-nari dengan konspirasi. Banyak sudah review atas buku ini. Coba aja googling deh. Setelah Negeri Kelima buku pertamanya yang biasa saja, novel kedua ini saya anggap lebih keren. Buku kedua yang inspiratif adalah Imperium III karangan Eko Laksono. Rating penuh untuk buku yang dibuat selama sepuluh tahun ini dan cukup dibaca dua minggu. Buku ini membuat saya ingin mencintai kembali negeri Indonesia. Sebuah sejarah yang diceritakan dengan singkat padat, dan renyah. Saya seperti sedang duduk di depan embah saya, melihat gelembung air di sudut bibirnya dan melongo mendengarkan cerita tentang peradaban dunia, mulai dari Yunani-Romawi, lanjut ke Islam, ke Eropa, lalu diterbangkan ke Jepang,lalu ke Amerika dengan tokoh-tokoh pendobraknya, 1000 tahun sejarah Kemajuan dan Keunggulan Bangsa-bangsa. Kalo ingin melihat blog pengarangnya yang keren juga silahkan diliat disini. Ada benang merah kedua buku itu, yaitu sebuh ajakan untuk lebih mencintai ilmu dan pentingnya membangun sebuah karakter. Buku wajib baca!


Ada buku bagus lagi, sebuah diari dari Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari. Saya ketemu editornya di kantor temen saya. Disana ngobrol cukup lama, lalu direkomendasikan buku tersebut dan yang lebih penting dipinjami hehe...Buku yang hampir pasti bikin WHO dan korporasi kesehatan Amerika Serikat kebakaran jenggot. Sebuah perjuangan melawan dominasi kekuasaan Global untuk keadilan dan martabat bangsa. Dari buku itu kita dapat melihat bahwa beliau sangat terinspirasi oleh ide-ide Bung Karno, tentang martabat dan kedaulatan bangsa.


NB: Sosialis, Kapitalis? Indonesia yang mana? Mana yang lebih menyenangkan dalam lingkup hidup Anda?

Friday, February 08, 2008

mbak cantik terkenal dan melelehnya kekaguman...(semoga sementara)

Tidak mungkin lelaki tidak menoleh kalo ketemu sama mbak satu ini, bahkan di layar kaca sekalipun, sihir innocent face nya jarang mampu dilewatkan. Cantik suangat, cerdas, dan artis terkenal, berkelas pula, kurang apa coba.

Temen saya pernah dengan bangga bilang, “tau engga, pacarku kalo diliat dari sebelah kanan kaya dia loh?

Saya langsung jawab, “o gitu ya, lha kalo dari atas kaya siapa…??”. Hehe…


Walah.

Tapi sungguh tensi kekaguman saya menjadi berubah ketika dalam salah satu liputan, mbak satu ini mengeluarkan komentar terkait dengan keberadaan LSF (Lembaga Sensor Film) yang menurutnya sangat tidak efektif. Kalo pun seluruh dunia begitu memujanya, saat itu saya justru hampir saja menangkap bayangan mbak cantik ini lengkap dengan sangkur, taring dan sulur-sulur yang menyeramkan.


“Keberadaan LSF sebaiknya dipertimbangkan lagi. Coba aja kita lihat begitu banyak film barat yang lebih vulgar, juga banyak video porno di glodok. Ini membuktikan kalo LSF tidak berperan efektif!”, katanya sangat menggebu dan tentu saja percaya diri tinggi.


Ah God! mbak yang katanya asisten dosen ini, ternyata (maaf) agak-agak plis deh…Apakah pelajaran filsafat yang mblukuthuk itu telah membuatnya menjadi terlalu pintar, sehingga keluar logika seperti itu?


Pertama. Apakah masuknya barang slundupan porno itu tanggung jawab LSF? Apa logika seperti ini yang diajarin di sana?

Kedua. Terkait dengan gencarnya tuntutan untuk di(batasi/bubar) kannya LSF, dengan alasan memberangus kreativitas? Kreativitas seperti apakah yang ingin dibebaskan? Buruan Cium gue?? Quickie Express?? Kawin Kontrak? Dst dst. Kurang bebas seperti apa lagi?


Saya sebenernya agak ngeri membayangkan dunia film Indonesia yang tanpa sensor. “Emang lo ga suka barang-barang seputar perut, paha dan dada? Munaf ah, Sok suci loh!”.


Waduh, sungguh sebagai lelaki yang sehat mental dan seksual, kalo ditanya senang ga senang jawaban saya adalah jelas senang! 100%! Tapi ternyata masalahnya adalah bukan di masalah senang atau ga senang! Kita lupakan dulu agama kita dan segala ayat-ayatnya, mari kita lihat sejarah. Dalam buku Imperium III, Eko Laksono bercerita tentang sebuah masa kegelapan di Eropa sebelum datangnya Aufklarung, dimana paha, dada dan seluruh paket komplit kemaksiatan adalah rajanya. Ya, inilah abad kegelapan ketika tak ada pengetahuan yang bersinar, ketika peradaban menjadi tidak berbeda dengan kehidupan hewan yang kebutuhannya hanya makan sekenyang-kenyangnya dan berhubungan seksual sebebas-bebasnya. Abad ketika otak yang ada di kepala hanya berisi syahwat dan syahwat. Boro-boro mikirin yang laen! Apakah jaman seperti ini yang ingin kita perjuangkan?


Sungguh saya ngeri membayangkan kalo pembawa risalah kebebasan itu berhasil dengan misinya. Sekali lagi masalahnya adalah bukan di senang atau ga senang dengan hal-hal bebas semacam itu! Senang dan ga senang adalah masalah keinginan, ego kita, sedangkan dunia ini bergerak bukan sekedar berdasar ego kita sendiri. Tapi ada sebuah norma, ada tatanan sosial yang bahkan secara logika pun tetap harus kita jaga. Sebuah norma yang ukurannya adalah boleh dan tidak boleh, kalo kita melanggar ya efeknya tata nilai di masyarakat akan rusak, dan rusaklah kehidupan sosial manusia. Belum lagi tanggung jawab sama Gusti Allah?? Ah lupakan saja, bikin ga bebas!


Kemaksiatan yang terus-menerus dikumandangkan lama kelamaan akan menjadi kebiasaan dan pelakunya bahkan bisa menjadi pahlawan. Coba imajinasi dan kreatifitas kita bebaskan, apakah kita rela seandainya IBU KITA terlihat pahanya di mana-mana? Dadanya terbuka bagi siapa saja? TELANJANG? Ato saudara kita diperkosa oleh seseorang yang sangat terangsang oleh film yang kita bikin? Duh Gusti!! Bukankah ada sebuah cermin yang sebaiknya selalu kita lihat ketika kita ingin berinteraksi dengan orang lain?

Kecuali, sebenarnya cermin siapa yang sedang dipakai?

Saya jadi teringat khotbah jumatan tadi dari khotib yang mengutip hadits Riwayat Al Hakim dan Abu Naim

Hiduplah kamu sebagaimana yang engkau kehendaki,
tetapi ingat kamu akan mati.

Cintailah siapapun yang engkau kehendaki,
tetapi ingat bahwa engkau akan berpisah dengannya.

Buatlah apa saja yang engkau kehendaki,
tetapi awas kamu akan di balas atas apa yang dilakukan itu!

Nb: semoga mbak cantik, anda, saya dan kita semua senantiasa dapet pertolongan dan hidayahNya

Tuesday, February 05, 2008

seribu tanya untuk cinta (bag II)

“Tapi aku tidak merasakannya! Aku tidak merasa kamu mencintai aku!… Sepenuhnya...Aku ngerasa cintaku tak pernah kamu balas dengan seimbang!”, terdengar suara si wanita meninggi lagi.

sambungan...dari posting ini

“Kalo memang ada cinta, mengapa itu tak pernah kurasakan?? Cinta ini tak seperti yang kau ucapkan , suara itu pelan kembali, seredup matanya yang berkaca-kaca.

Langkah kaki mendekat, ada pelayan yang datang memberikan kopi yang dipesan. Tampak sedikit serba salah sambil berkata, “eee…maaf mas, silahkan…kopinya..” Tak sepatah kata terdengar, hanya sebuah anggukan kecil. Pelayan itu sempat melirik si wanita yang wajahnya tampak kuyu dan setelah meletakkan cangkir kopi di meja, pelayan tersebut segera pergi.

Apakah cerita ini harus berakhir…? Sebuah kalimat yang diucapkan datar, hampir tanpa ekspresi tapi menjadi seperti akumulasi emosi, begitu kuat, penuh, sebuah keputusasaan.

“Nit, kita sudah jauh berjalan…sudah ter…”

“Tapi kau terlalu jauh untuk kuraih!” perempuan itu cepat memotong sebelum si lelaki menyelesaikan kalimatnya. Kini matanya tajam lurus ke mata si lelaki.

“Dulu, dan mungkin hingga kini, aku selalu memimpikan sebuah rumah tangga yang bahagia. Sebuah rumahtangga yang penuh cinta di dalamnya. Aku selalu takut bertemu dengan kenyataan bahwa rumahtanggaku nanti ada karena terpaksa, walau sekecil apapun. Aku takut pada sebuah penyesalan ketika tak semua cinta diberikan. Karena itulah…aku ingin mendapatkan cintamu Don. Sepenuhnya, tapi…!”, wanita itu menundukkan kepalanya dengan kedua tangan menutup mukanya.

“Bukankah kamu sendiri yang pernah bilang bahwa komitmen ada di atas cinta? Lelaki itu mencoba membuat sebuah penawaran.

“Dulu mungkin aku percaya,” tangannya tampak masih menutupi muka, dengan sesenggukan dia meneruskan ucapannya, “ tapi sekarang tidak!”

Lelaki itu semakin bingung tidak tahu harus bagaimana. Setiap celah telah coba dia gali, tapi tampaknya selalu bertemu jalan buntu. Lelaki itu mulai berpikir apakah memang tak ada yang bisa diselamatkan dari hubungan ini. Apakah benar harus berakhir dengan akhir yang bahkan dia tidak mengerti alur alasannya. Lelaki itu menerawang, coba melihat kembali sebuah masa saat dia pertama kali bertemu dengan wanita itu.

Tuesday, January 29, 2008

tempat nulis baru :)



Ada kalanya saya pengin nulis tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan kerjaan saya, tempat bermain, dunia yang saya nikmati. Tapi blog ini sepertinya kurang pas untuk memfasilitasinya.

Ya begitulah, dan seiring dengan wafatnya salah satu orang kuat dunia...lahirlah blog ini yang akan membahas multimedia, desain, game, perkembangan dunia web, dan tentu saja beberapa kerjaan kami. Yang pasti nanti akan lebih banyak gambar disana :). Semoga kelahirannya tidak sia-sia :)

Saturday, January 19, 2008

hidup bukanlah pilihan??

Hari kamis kemaren ditayangkan kembali Kick Andy episode AA Gym versi lengkapnya. Sengaja saya tunggu karena episode ini belum sempat saya tonton. Seorang figur pubik yang awalnya sangat digandrungi ibu-ibu, tapi kemudian justru dijauhi ibu-ibu itu sendiri. Dan saat ini, saya melihat seseorang yang semakin tenang, semakin matang, dan bisa jadi akan mulai banyak penggemarnya lagi J.

Sesi Tanya jawab poligami yang saya lihat paling menarik. Saya harus angkat topi dengan Andy Noya, dia selalu bisa merangkai pertanyaan yang simple, sangat personal, tapi terarah pada sebuah topik yang kuat dan bermutu. Kisah poligami bagi AA Gym adalah kejadian yang sarat hikmah. Penurunan eskalasi dakwah yang diikuti penurunan omzet MQ Corporation bagi AA Gym justru membuat “untung”. Beliau mengungkapkan muslim yang beruntung adalah ketika keadaannya hari ini lebih baik dari keadaan sebelumnya. Waktu untuk keluarga menjadi lebih banyak, waktu untuk mengasah kembali ketajaman otak, waktu untuk tidak sekedar menjadi “mesin”. Beberapa perusahaannya justru mendapat momentum lepas dari ketergantungan dan berusaha menjadi lebih profesional. Pengkultusan yang tidak sehat mulai diproporsionalkan kembali.

AA Gym mengungkapkan bahwa beliau tidak pernah memimpikan bisa masuk TV, “seterkenal itu”, hingga punya pengikut yang sedemikian banyak. Beliau juga tidak pernah membayangkan ketika kemudian “dibanting” sedemikian rupa setelah dilambungkan jauh ke atas. Setiap kejadian yang terjadi pada perjalanannya benar-benar di luar kuasanya. Yah, begitulah kejadiannya, hanya menjalani takdir sebaik-baiknya.

Setelah acara itu, saya jadi teringat lagi obrolan pagi buta dengan teman saya yang lumayan mengguncang logika dan keyakinan saya tentang...

Benarkah hidup ini adalah sebuah pilihan??

Bahwa kita seolah-olah memilih iya, tapi apakah kita benar-benar memilih? Saya yang saat ini akan jawab dengan tidak! Melihat fakta-fakta yang ada hingga saat ini, setiap apa yang terjadi pada diri saya ternyata tak benar-benar berdasar pilihan saya. Kalopun sama, rupanya itu hanya sekedar kebetulan saja. Saya memilih sekolah di bandung? saya memilih jalan penghidupan sendiri? saya harus berpikir lagi tentang ini...

Dalam sebuah pikiran bebas, mari kita membayangkan jika satu pilihan kita akan berpengaruh terhadap kehidupan lainnya. Satu pilihan orang lain juga akan berpengaruh terhadap kita. enam milyar lebih penduduk bumi terikat pada hubungan sebab akibat yang sangat rumit. Belum kalo kita bicara 1 orang yang punya rencana ke luar bumi dan bertemu makhluk luar angkasa? pilihannya itu akan mempengaruhi konstelasi semesta?? Mungkinkah kita sebenernya punya pilihan? …:P

Dalam sebuah realitas sederhana, kalo benar hidup ini pilihan, betapa kasihan para penjahat, pembunuh, pencoleng dan pesakitan yang bertebaran di seluruh sisi bumi ini. Kenyataannya tidak ada manusia yang memilih untuk menjadi penjahat, pendosa ato pesakitan lainnya. Kita dan mereka hanya menjalani tugas masing-masing.

Pada hakekatnya semua adalah pilihanNya. Ketika kita memutuskan sesuatu, sepertinya Tuhan tengah meniupkan salah satu sifat Nya Yang Maha Berkehendak, ngetes sampe sejauh apa “penyikapan” kita. Mungkin memang keperluan kita di dunia ini hanya sekedar menjalani tugas, dan “masalah sikap”? Hidup di dunia sesuai dengan tugas yang diperintahkan, kemudian kalo dapet sebuah kejadian, menyikapinya dengan baik-baik.

...kalo di perjalanan dipertemukan pilihan, ya udah pura-pura memilih aja, ato coba aja pura-pura bermimpi, pura-pura bertarget, pura-pura pasang strategi...pura-pura aja...

AA Gym terinspirasi adiknya yang mampu “melihat sesuatu" yang berkuasa di balik setiap kejadian yang terjadi. Adiknya mampu menyikapi segala cacat dan kelemahan diri dengan luar biasa tanpa keluhan. Ada satu catatan yang mengesankan tentang bagaimana seseorang mampu melihat hikmah dibalik kejatuhan atau “kesuksesan”, melihat kekuasaan tak terbatas pada sebuah penciptaan makhluk, dan sangat menikmati kecintaan terhadap yang berkuasa atas seluruh hidupnya...

Taufik Ismail pernah menulis puisi,

“Tidak dapat ditukar dengan emas, seberat apapun
Hidayah itulah namanya... “


tapi kok kayanya belum dapet dapet juga ya? Ada yang punya ide metode dapet hidayah? siapa tau lo jadi ustadz bertema ini? :P

Friday, January 04, 2008

kenapa ngeblog cak??

Awalnya saya hanya coba-coba, liat temen ngutek utek tulisan di layar komputer, nanya ini itu, lalu ketularan deh bikin account, pertama di blogspot! Rupanya saya ini bukan tipe detektif teroris sehingga saya cenderung ngasi data-data bener, mulai dari kapan saya mbrojol ke dunia ini, kesukaan saya, kerjaan saya dst dst, ditambah lagi punya acount dengan username dan password yang sama dengan seluruh email saya. Seperti merelakan “someone somewhere” ngeliat seluruh data-data saya. Hingga sekarang ini, saya telah jadi salah satu entitas mudah lacak.

Emang sebenernya alasanmu ngeblog apa?
“Menulis untuk menggerakkan?”
Seorang penulis papan atas (sapa lupa namanya) ngomong kalo tulisan itu harus bisa “menggerakkan”, pertanyaannya, “Menggerakkan opo?? Gerak badan mau senam? :P…menggerakkan jari kale…La wong saya nulis hingga saat ini ga ada yang bergerak apapun kok? Dunia masih tetep seperti biasa, tidak ada yang berubah. Lagian, sungguh apa yang saya tulis sama sekali bukan hal yang baru. Apa yang saya tulis mungkin udah digosipin ribuan orang dengan berbagai bahasa. Jadi kalopun saya meng-klaim “tulisan yang bisa menggerakkan”, percayalah itu bualan paling nggedebus. Level saya jelas belom nyampe buat itu, jadi lupakan saja alasan ini.

“Bagaimana kalo ngeblog biar ada alternatif metode biar terkenal?”
Mister Andy Warhol (Bapak Pop-isme) pernah ngomong, ” Di masa depan, setiap orang akan menjadi terkenal dalam 15 menit!”. Oiya di tipi-tipi sekarang banyak acara yang kaya gini kok. Tapi ngomong-ngomong, syarat orang terkenal cepet itu sepertinya juga susah buat saya. Kata temen saya ada beberapa cara, silahkan pilih salah satu diantaranya :
a. Harus punya nyali, lebih nekat lebih oke. Cobalah melakukan hal gila seperti memanjat gedung perkantoran tanpa pengaman, ngebut tanpa helm, njitak kepala anggota DPR dll.
b. Yang pasti urat malu nya diputus dulu, terserah urat malu yang mana.
c. Kalo perlu rada-rada kontroversial. Misalnya tiba-tiba Anda macarin Luna Maya, ato Dian Sastro gitu, dijamin langsung terkenal. Ato bikin isu-isu kontroversial, misal Anda penulis blog lalu nulis yang pedes-pedes tentang orang ato kelompok, pilih tema yang ekstrem.
d. Cerewet dan rada bencis. Nha yang kaya begini nih yang lagi laku keras.
e. Kalo penulis, tulislah hal-hal berkaitan dengan perut ke bawah. Terbukti lebih banyak penggemarnya.

Sepertinya saya emang ga bakat terkenal, dan terlalu tidak serius usahanya ke arah situ… berarti alasan biar terkenal lupakan saja.

Ngeblog buat latihan nulis?

Mungkin ada benarnya. Awalnya blog itu jurnal harian tapi saran dari blog keren ini, lebih mending Think Book not Diary jika kita mau bikin blog. Blog ini blog pertama saya yang ketika awal membuatnya saya ga tau apa-apa tentang dunia blog. Saya cuma tahu kita bisa nulis dan nanti dikomentarin. Tapi saya pengin blog jadi cur-pik yang mendalam, dan ga sekedar cur-hat harian yang biasanya berujung jadi sampah. Padahal untuk latihan harusnya saya nulis tiap hari, jangan peduli tulisan di hari ini bagus di hari lain jadi sampah…pokoknya tetep nulis. Ato sebenernya bukan di tiap harinya tapi jadwal yang ditetapkan, misal seminggu dua kali ato seminggu tiga kali dst. Tapi kenyataannya saya ga disiplin, latihan saya untuk ini jelek banget. Jadi boro-boro bikin buku, la nulis sampah aja keteteran. Dan alasan ini rupanya emang ga terlalu kuat…

Bagaimana kalo ngeblog buat cari teman?

Hmmm, bisa juga…dan memang saya jadi punya temen yang spesial karena ngeblog ini, walaupun sekarang entah dimana…
Tapi ini juga nyisain pertanyaan lagi, hingga saat ini kenyataannya saya juga ga serius amat buat nyari temen di blog ini. Hingga saat ini saya males kopdaran, saya jarang ceting ma temen blogger, juga jarang blogwalking, ada beberapa temen yang email ke saya, malah kemudian terlupakan…jadi alasan yang ga terlalu kuat.

La trus kenapa ngeblog?

Saya coba cari-cari alasan paling enak buat saya, pembenaran, karena itu penting biar saya bisa tenang. Ato sebenernya ngeblog ini emang sekedar iseng, ngisi waktu? Ato malah ngehabisin waktu? Rata-rata saya nulis posting di pagi hari makan waktu 2 jam. Kemudian ngepostnya katakanlah setengah jam. Nah yang blogwalkingnya nih, brosing brosing yang cukup lama. Berjam-jam. Berarti dalam sehari hidup saya, lebih banyak waktu yang buat iseng? yang berarti sama dengan ga berguna? padahal Gusti Allah mewanti wanti makhluknya buat ga melakukan hal-hal yang berlebihan dan sia-sia. Waktu ibarat pedang bermata dua. Seseorang pasti dimintai pertanggungjawaban atas seluruh waktunya. Percuma hidup di dunia kalo nanti masuk neraka, kata guru saya. Duh, jadi ngeri deh…sekaligus mungkin ini yang paling realistis jadi alasan…

Emang blog ini mau diteruskan sampe mana?

Ya….mungkin sampe saya bosan iseng.