headerversi2

Wednesday, June 20, 2007

BULAN JUNI, SAATNYA BELI BARANG MURAH!

(Pendidikan, tanggung jawab siapa?)

yang bikin kopi : DANTE


Terimakasih buat mastrie, yang dengan senang hati menawarkan sepojok ruang di warungkopi-nya buat tempat berbagi ide. Saya memilih mengambil porsi di kolom dengan lodhong yang lain, jadi ntar kalo ketahuan ga enak, tinggal ga usah dipesen lagi aja ama yang punya warung, begitu mas trie?

Trus sebagai tulisan perdana(muga2 juga bukan yang terakhir) :D saya coba nulis hal yang sudah sehari-hari menjadi sebuah topik di masyarakat kita. Saya mau mencolek temen2 blogger dengan fenomena di sekitar bulan Juni ini dan beberapa saat ke depan.

Bagi rekan2 yang sudah punya anak apalagi usia sekolah, atau kalaupun belum-seperti saya-, ya setidaknya mulai merasakan kiri kanan kita, betapa para orangtua mulai nampak sibuk untuk ancang2 urusan mencarikan sekolah. Rumpian di sekitar kita akan berkisar tentang tahun ajaran depan ke mana anak2 akan sekolah. TK yang bonafid mana? SD favorit mana? SMP terbaik di mana? SMU dengan reputasi terjaga yang mana? Lalu ujung2nya, “wah, kudu mulai membedah tabungan nih…”..mungkin terdengar naïf, ataupun terlalu remeh temeh bagi yang tidak melakoninya, tapi setidaknya akan ada golongan yang mengeluh berat dalam masa seperti ini, yaitu bagi para pelaku perdagangan terutama komoditas consumer goods sekunder karena mereka akan langsung paham imbasnya:omzet penjualan akan anjlok drastis!

Alasannya sangat klasik:duitnya buat nyekolahin anak, bukan buat barang yang aneh2!…nah itu bagi yang punya duit, bagi yang ngga punya duit, maka berlomba2lah nyari pinjaman, utang kiri-kanan, gadaiin macem2, jual barang macem2 mulai mobil, gadget, sampai kambing, bahkan tanah warisan! Sehingga, sebenernya kalo mau dapetin barang murah-terutama 2nd hand-an di Indonesia, tunggulah bulan2 ini(bukan pada waktu deket lebaran, catet!)
Tapi selain bulan Juni-Agustus adalah saatnya rajin baca iklan baris untuk dapat barang2 dengan status DIJUAL CEPAT: BU(butuh uang-pen.), hal ini sebenernya juga membuat saya miris.

Kenapa? Karena artinya sebagian masyarakat kita sangatlah kewalahan dengan biaya pendidikan kita akhir-akhir ini. Dan fenomena tahun ajaran baru ini menghebat pasca pemerintah kita malah mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab mencerdaskan bangsanya sendiri setidaknya dengan banyak mengeluarkan kebijakan atas pendidikan yg diswastanisasi, termasuk perguruan tinggi negeri yg sekarang statusnya jadi BHMN.
Sebagai sebuah negara, harusnya pemerintah dan para politikus yang berebut kursi di senayan berani berinvestasi pada kualitas SDM yang kompetitif, shg rakyat seharusnya mendapat kompetisi yang seimbang sehingga negara ini selalu mempunyai stock putra-putri terbaik yang siap membela asset negara ini menghadapi tantangan jaman. Bagaimana inti membentuk kompetisi yang seimbang? Akses ke pendidikan yang relatif setara untuk semua kelas masyarakat jawabannhya.

Dari sini kemudian muncul kontradiksi yang mengkhawatirkan di dunia pendidikan kita: masyarakat kita butuh sebuah sarana pendidikan yang memadai agar mereka punya bekal untuk bersaing mendapatkan penghidupan yang layak. Tapi di sisi yang lain, biaya untuk mendapatkan pendidikan begitu membebani leher…(bukan hal yg baru sekarang kalo denger berita orang menjerat lehernya sendiri gara2 biaya sekolah, ga cuma bapaknya tapi bahkan bocahnya sendiri-dan ini bukan sebuah peribahasa!).

Kita sedikit bandingkan ama China yang relatif maju di segala bidang, padahal UMRnya lebih bagus Indonesia secara nominal(sekitar 400rb/bln)?mengapa mereka bisa?karena di sana negara sangat berkomitmen terhadap pendidikan warga negaranya. Pendidikan boleh diakses oleh siapa saja yang emang punya bakat alias beasiswa gratis sepenuhnya. Berbakat olahraga ya masuk ke pendidikan olahraga dan jadi atlet…berbakat matematika ya dapet pendidikan matematika dan jawara olimpiade matematika(untung di Indonesia masih punya Yohannes Surya, shg tim olimpiade fisika Indonesia masih bisa bicara di tingkat internasional-tapi lagi2 ini bukan komitmen Negara!-)

Blom lagi kalo kita membandingkan capaian bangsa kita ama Vietnam..sedih dah kita (harusnya…). Negara yang baru kemaren terbebas dari perang saudara dan terlepas dari aksi rambo-rambo Amerika ini ternyata sudah mulai menguasai bibit2 tanaman unggulan yang dipamerkan peserta pameran agrobisnis nasional di Soropadan Expo-sebuah terminal agrobisnis di Jawa tengah yang dibuka presiden SBY (kebetulan saya datang dan yang kembali disayangkan,selainnya vietnam dikuasai bibit dari thailand!) Ke mana penelitian bangsa ini?

Ngobrolin gini emang bikin 50+50, alias Cepek deeeehhhhh!!!!....

Trus kemana aja kita?ngapain aja kita sebagai warga negara? Apakah emang kita cuman mau menjalani ini semua dengan berpolitik diam lalu memaafkan diri kita dengan alasan2 sekitar “sibuk cari duit biar bisa sekolahin anak2 kita dengan baik”, ataukah kita bisa mulai dari sekarang untuk bersikap proporsional dan selalu mengusahakan agar ada Indonesia yang lebih baik? Bisakah kita tidak hanya reaktif pada hal-hal yang langsung menghantam kita(seperti seandainya kita tinggal di Meruya-Jakarta hari ini)..tapi mencoba menjadi “benar” di setiap langkah kita, menghayati setiap hak dan kewajiban kita, memilih pemimpin tidak dengan asal2an alias tidak sekedar karena kekayaannya, dan tidak mencoba mengambil yang bukan hak kita…

seven things? Ah, enggak.......

Wallahualam....
Salam perkenalan,
Dante

8 comments:

Maya said...

maunya sih tidak hanya diam , tapi kalau diantara semua pilihan capem ( calon pemimpin :d ) tidak ada yang berkenan dihati gimana mas? :)

Anonymous said...

out off topic dikit...

nah itulah dilemanya mbak maya, kalo ndak milih...kita ikut berperan dalam me-mubazirken anggaran (pilkada gubernur butuh biaya penyelenggaraan dengan anggaran negara sekitar 1-2trilyun, presiden republik ini butuh 5 trilyun untuk PEMILU)
dengan anggaran (dari APBN) segitu apa yang kita dapet? Pemimpin?
kalo dari APBN kan brati kita yang biayai toh...wong APBN dari pajek

OMG!

Nieke,, said...

ummbbbb..
memang yg paling enak itu kalo sekolah yang "nyari" kita dan sekolah gak bayar..

betapa enaknya jadi cerdas :)

Cempluk Story said...

iya mas, skrg ortu saya lagi dibikin pusing ma nyari sekolahan n ptn buat adik adik saya..saya barusan di suruh beliin formulir spmb buat adik saya yg kebetulan si adik saya lagi ikut camp class di bimbingan belajar..fiuh..rame rame dengan nyari sekolahan euy..

Anonymous said...

Oi, achei teu blog pelo google tá bem interessante gostei desse post. Quando der dá uma passada pelo meu blog, é sobre camisetas personalizadas, mostra passo a passo como criar uma camiseta personalizada bem maneira. Até mais.

Anonymous said...

Aku hanya ingin ngucapin, slama kenal aja... Om Dante...


-Iko-

Anonymous said...

berbuat "benar" sebelum mendapatkan pemimpin yg benar2 pemimpin...akhirnya ada juga yg keluarin angka2 ajain triliunan rupiah, yang sebenernya kita juga terlibat langsung maupun tidak langsung dalam menyelwengkannya...astaghfirullah...

Anonymous said...

"harusnya" sekolah dan kesehatan itu gratis!*menurut UUD 1945 lho*