headerversi2

Friday, February 16, 2007

menjadi bahagia bukan mendengar bahagia

Menjadi Bahagia bukan Mendengar Kebahagiaan

Saya selalu bertanya gimana caranya selalu merasa bahagia? Sungguh saya tanya banyak orang, mungkin salah satu dari Anda sempat juga saya tanyai, kemudian saya jalan jalan lagi, hingga ketemu bapak ini. Ternyata catatan-catatannya emang canggih, dan emang konon dia dibayar jutaan rupiah sekali manggung untuk cerita metode bahagia dalam segala suasana. Sungguh saya yakin bukan karena cerita metode nya itu yang bikin dia dihajar dengan harga segitu, tapi benar karena sebuah ENERGI YANG INGIN DITULARKAN. Sebuah Energi kehidupan, energi kebahagiaan. Dia dibayar karena membuat orang MENJADI bahagia bukannya MENDENGAR metode bahagia.

Bahagia mudah diomongin, bahkan seketika saya bisa copy paste seluruh metode yang telah disarikan bapak ini, kemudian secara sok bijaksana berbusa-busa saya ceritakan pada Anda semua metode yang telah saya intip tadi. Dan jujur saya bilang bahwa ga semudah itu mendapat bahagia, la ke diri saya sendiri aja sering megap-megap kok.

Kalo teorinya, saya ngikut aja deh sama konsep Jung dalam psikologi modern yang ngomong bahwa jiwa sebenarnya tidak boleh dibatasi benda-benda, ini berarti emang kebahagiaan yang asal muasalnya adalah dari jiwa tidak bisa didasarkan pada kenyataan yang terbatas pada benda-benda. Ketika kebahagiaan hanya berdasar pada kenyataan maka sangat manusiawi jika timbul keinginan untuk membandingkan. Kenyataannya adalah orang lain banyak yang lebih kaya dari saya, lebih cakep, lebih tinggi, lebih gagah, lebih baik, lebihhhhh terusss. Lalu saya stress, apa guna hidup saya yang serba kurang ini? (hehehe..mengabsurdkan diri). Ya dua hal itulah keinginan dan membandingkan. Inilah asal penderitaan, kata pak gede prama nih..

Itu teorinya! masalahnya kok saya tetep susah bahagia sepanjang masa ya? Apakah di dalam bahagia itulah ketidakbahagiaan bersemayam? Apa karena otak saya yang bebal? Ato karena umur saya yang masih muda jadi saya ga bisa sembarangan ngecap diri bahagia yang biasanya jadi milik orang tua? Saya pernah denger kalo masih jadi anak muda sebaiknya jadi orang yang ambisius, penuh energi, na setelah tua itulah saatnya semua diendapkan menjadi kebahagiaan. Bener ga ya? Ato emang karena tadi itu, bahwa kebahagiaan adalah proses yang panjang, dan untuk itu saya pun ternyata butuh latihan? Bahagia butuh latihan?

” Sepertinya kamu ini orang yang banyak beruntungnya ya? Banyak yang nawarin kerja, begitu banyak kesempatan dalam hidup kamu, dan kayanya bisa kemana-mana!”. ” Kamu masih bisa tertawa-tawa, sedangkan saya terus kerja sambil ga menikmati kerjaan saya!”

Tapi dengan kecutnya saya berkata,” Wah ya masih gini gini aja pak, masih sulit ini, sulit itu, sulit banyak sekali, wang sinawang (saling melihat ya..?) pak!”

Saya seperti tersengat lebah ketika disadarkan bahwa saya pun
MENOLAK DITUDUH BAHAGIA!

Tanpa sadar saya mengucap rapal dan mantra untuk tidak bahagia. Saya banyak mengucap ”HANYA”, SEKEDAR”, ”CUMA”, dan mungkin istilah Jawanya nge-MUNG-ke...Begitu banyak hal yang saya tolak akui sebagai pencapaian. Banyak ”doa tanpa sadar” saya adalah tentang pesimisnya hidup, gelapnya hidup, kurangnya hidup, dan betapa saya kecewa dunia ga pernah melirik saya sedikitpun. Dan mekanisme alam dan dunia pun kadang ikut mengamini permohonan saya....(apa ga gawat??)

Kebahagian bagaimanapun adalah sebuah proses yang panjang,. Dia tidak bisa didapatkan dalam sekejap mata. Bahagia bisa jadi adalah energi termahal di dunia. Energi yang didapatkan setelah kita melampaui berbagai peristiwa menyakitkan dan kita berhasil mengatasinya. Bahagia pun ternyata butuh latihan, minimal saya harus mulai berlatih mengucap doa yang bener deh..

Kalo anda sudah bisa merasa bahagia sepanjang masa sudilah kiranya anda dekat saya, tapi tolong JANGAN CERITAKAN aneka kebahagiaan anda ketika saya sedang terkapar dalam penderitaan, karena bisa jadi itu malah memperburuk keadaan saya, tapi cukup tularkan RASA KEBAHAGIAAN Anda, RASA OPTIMIS Anda. Selama saya masih menjadi manusia, receiver saya bisa kok nangkap sinyal Anda, dan bisa jadi justru itulah yang bisa membuat saya kembali bahagia.

Yah, bisa jadi bahagia memang bukan untuk diomongin anekanya tapi ditularkan...

16 comments:

NiLA Obsidian said...

hmmmm....sulit ya mau komen....
gini deh....kebahagiaan itu menurut saya relatif, tergantung nmasing2 pribadi menyikapinya....

standard yg sebenernya ada di dalam hati & jiwa, urusannya sudah garis vertikal....

aku dan sang khalik

Iman Brotoseno said...

mohon maaf kalau postingan saya ' menceritakan ' kebahagiaan hati saya..he he

venus said...

hwaduuuuhhh...dalem bangeeettt :D

Anonymous said...

sampeyan mampir ke blog saya.
baca posting yang cuma satu kalimat.
trus ngasih komentar yang juga satu kalimat.

itu sudah menjadi suatu kebahagiaan tersendiri buat saya, mas.

:D

pyuriko said...

I'm Happy Now mas Tri...

pyuriko said...

I'm Happy Now mas Tri...

mel@ said...

aduuhhh... itu mah berarti kamu berharap terlalu lebih sama kehidupan... makanya kamu ngerasa ga bahagia-bahagia...

Anonymous said...

hmmm.. ngomongin bahagia? bahagia itu kita sendiri yang menentukan dan men-sugesti *menurut aku*
(saya juga ngerasa tidak bahagia kalo selalu ngebandingin dengan yang 'lebih' dari diri)

jadi 'katanya' kalo untuk mensuport diri lihat keatas dan kalo untuk bersyukur diri liat kebawah.. kan jadi balance. :)

aku juga suka baca buku2 inspiring mas, maksudnya sama agar bahagia, menular dan diterapkan didalam hidup.

Maeasti said...

Yang jelasss, money can't buy happiness....

Kelihatannya simpel, kedengerannya sederhana, tapi bahagia adalah mengetahui dan mensyukuri bahwa apa yang ada dalam diri kita merupakan karunia dari Tuhan

Anonymous said...

wah...gw ga disebut lagi...kalah sama mr. gde prama, padahal gw yg "nampar" menuduh dirimu bahagia :P ga papa lah, kalah senior...eniwei, this time u wrote in better way..im happy 4 u pal
-dante-

Unknown said...

i think i'm happy now... knp ? wong krj jg cuma msh krywan kontrak, entah gmn nanti klo dah ga dikontrak lg smntara kerjaan lain lom ada. duitnya juga segitu2 aja, buat 1 bln kdg mepeeeet, kesana kesini cuma ngebis, ga pny motor, pa lg mobil, msh jomblo smntara tmn2 cwe lain mlh dah ada yg anaknya 2, tampang jg biasa2 aja, mlh lg sebel ma jerawat, pnh sakit yg bnr2 bikin "nggledhak" pas tau, ketakutan sampe bbrp bulan utk sekedar memastikan bhw saya emg bnr2 sakit itu dan hrs operasi, tapi saya rasa skrg ini saya bahagia, krn saya mau merasa bahagia, jadilah saya bahagia ...

it's so simple ... ;p

Anonymous said...

Cuma ada satu kunci kalau kita ingin bahagia: banyak-banyaklah bersyukur *sok-wise-mode-on*

Gumi Angga said...

hmmm... kalo aku sihh
i'm smart, i'm rich and i'm happy...

sudah bahagia lahir batin mas... kikikik

Maya said...

hehee emang ada yah bahagia sepanjang masa?

Anonymous said...

Katanya: Kebahagiaan adalah sesuatu yang kita putuskan di awal. Dan saya setuju :)

Mashuri said...

..........Ketika kebahagiaan hanya berdasar pada kenyataan maka sangat manusiawi jika timbul keinginan untuk membandingkan.............

Memang kebahagiaan tidak identik dengan hal-hal tampak*kesenangan ato kelimpahan materi* tapi kebahagiaan yang hakiki adalah manakala apa yang kita lakukan mendapatkan keridhaan-NYa.

.........Yah, bisa jadi bahagia memang bukan untuk diomongin anekanya tapi ditularkan........

Saya sudah menularkan kebahagiaan*walau ga seberapa* kepada mas Triadi khan? he...he...