headerversi2

Tuesday, October 02, 2007

hanya begini, seperti ini...saja

Di Bandung ini ada sebuah warung es yang sangat laris. Tempatnya di daerah Tubagus Ismail, terkenal dan bahkan sudah masuk acara kuliner tipi. Sop buah/Es shanghai Fadhilah kalo Anda pengen tau namanya. Warung ini emang luar binasa. Apalagi pas puasa ini, ramenya minta ampyun deh! Saking ramenya, penjualnya bahkan seperti sudah lupa dengan istilah senyum sebagai materi jualannya. Kalo istilah kerennya cool. Tidak perlu senyum, senyum hanya untuk penjual yang tidak berhasil, tidak rame dagangannya. Toh keberuntungan sudah di depan mata dia. Semua pembeli telah menjadi umatnya, para evangelis yang siap membela “mati-matian”, berfatwa ndower kesana kemari tentang barang yang sedang dibelinya (diantre) olehnya.

Saya ini bisa jadi juga termasuk orang yang aneh, sudah antrenya mengular gitu, tapi tetep nekat berambisi untuk dapet es seciduk kecil yang harganya pun ga seru seru amat, cuma 5000 an perak.

“Yess!” Seru salah seorang teteh mahasiswi kece yang sumringah begitu mendapatkan es seciduk itu.

Malah ada yang lebih dramatis lagi ketika dah dapet barangnya, kemudian cerita ke bapak ibunya.

“Mah, aku menang!” , katanya berbinar binar seperti habis dapet lotere satu miliar.

Memang yang dijual hanya sekedar es yang kemudian sering juga disebut sop buah. Sop buah adalah ya buah macem-macem mule dari melon, labu, timun suri, apel, anggur, dll yang diiris-iris besar kemudian dikasih kuah air kelapa, finishingnya dileletin susu putih. Anda membayangkan gimana? Tapi pertanyaannya kenapa merelakan antree berdiri berderet-deret di warung itu?? Apa ngga ada warung laen yang jual? Jawabannya adalah tentu saja ada dan banyak!

“Seperti pemandangan antri sembako jaman G30S aja!”, kata saya yang ternyata ikut antri juga (hehehe).

Sungguh saya sendiri sering heran terutama pada diri sendiri kok mau-maunya ikut dalam “perburuan dan pertarungan” seperti itu. Dan emang, pertarungan kaya gini ternyata adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Kadang dia melebihi harga yang harus dibayarkan. Okelah es tadi enak, tapi apakah dengan meminumnya bisa sampe buat kita mabuk kepayang, meregang kesana kemari dan terserang ekstase menjadi sensasi tiada henti? Antrean mengular, penasaran, sensasi bercerita dan “rasa kemenangan” bisa jadi lebih mendominasi fantasi saya daripada kenyataan nantinya.

Saya jadi inget lagi kebiasaan temen saya yang rela berganti-ganti toko hanya untuk memburu obral dan mendapat satu barang murah (padahal harganya juga ga beda-beda jauh). Semangat 45 nya kadang membuat wajah saya terpaksa harus rada berlipet-lipet mengikuti kemana arah langkahnya. Bagi temen saya, bukan di nilai barangnya tapi di kepuasan dan kenikmatan seolah telah menemukan harta langka ato bahkan mungkin memenangkan sebuah pertempuran besar.

Itulah mengapa di puasa ini saya lebih sering lapar mata dalam artian berfantasi yang berlebihan daripada kenyataanya. Fantasi saya tentang rasa es (sop buah) yang begitu luar biasa akan segera menjadi biasa saja ketika bedug magrib tiba. Cukup seteguk, dahaga sudahlah. Ato fantasi seorang perjaka tentang sebuah mahligai pernikahan (hahaha..berkaca diri sendiri) yang akan berbunga-bunga, penuh romantisme dan luar biasa indahnya-seperti provokasi buku. Padahal sepertinya di kenyataan sesudahnya ga gitu gitu amat ya? Sepertinya semua akan menjadi biasa-biasa aja.

Sesuatu yang belum terjadi kadang begitu kita dewa-dewakan, kita lebih-lebihkan. Ngutip istilah dari Prie GS, Kehausan dan kelaparan adalah sesuatu yang disini, begini dan hari ini, sering “cuma” butuh teh panas setegukan. Tetapi ketika ia ditempatkan “disana” terpaksa dibutuhkan sekarung lauk pauk, sebakul nasi, satu truk buah-buahan, 10 hektar lapangan golf, rumah mewah, pulau, dan seterusnya…

Padahal kehausan cuma seperti ini, cuma begini.

Seven things yang boleh/tidak boleh dilakukan/disiapin sebelum berbuka puasa :
1.Kalo pengen rada gretongan, dateng ke mesjid biasanya ada tajil gratis.

2.Makan/minum yang manis-manis tentu saja, kalo punya istri yang manis ya bolehlah diajak ikut serta .

3.Jangan nunggu buka sambil berenang, rada riskan soalnya.

4.Eh sambil nunggu bedug jangan ngerumpi, soalnya takut berisik, bisa bisa ga kedengeran bedug adzannya.

5.Sungguh hindari berbuka puasa di tempat dugem, soalnya sebelum bedug dah banyak yang ngrokok, takut asepnya masuk ke kita, batal duluan deh puasanya.

6.Jangan nyiapin jack daniels, vodka, wine, ato bir buat berbuka soalnya dijamin lebih mahal daripada kolak.

7.Jangan berantem, entar capek (kalo ini ga ada hubungannya deh). “Biariiin!”, kata temen saya.

4 comments:

Anonymous said...

itu es nya yg dikantin sakinah bukan mas? soalnya disitu ada es duren yg suedap emang :d

soal antri panjang, sekarang saya agak selektif ,soalnya ya itu tadi, dah cape2 antri ternyata biasa aja, meski emmang ada seh yg layak di bela2in , kaya es duren itu hehehe

Anonymous said...

bukan di sakinah...di deketnya itu, sekarang sih rada mending buka 2 cabang, jadi mengular sih tetep tapi rada kurang deh...:P

Anonymous said...

waduh...jadi pengen es buaaaahhhh...

Anonymous said...

ooohhh...postingan ini to yg bikin "masalah"...sebenernya soal fantasi perjaka..itu jamak tjd hari ini, jadi gw mendurung mastrie soal tulisan itu di sini krn semangat warungkopi ini adl share gejala masyarakat..jadi,mb yg memprotes mastrie harusnya bangga kalo mastrie itu "peka" :P
nah, soal es buah dan nguler...sbnrnya krn kita itu sering ga PD ama selera kita ndiri, jadinya "ngikut yg laen"..sepakat ama mb maya...harus selektif soal selera ;)
dante