headerversi2

Thursday, November 01, 2007

Asu gedhe menang kerahe!

Terjemahan bebasnya kira-kira adalah anjing besar pasti menang kalo kelahi.
Dalam sebuah diskusi bareng sama temen-temen diangkat lagi sebuah topik menarik sehubungan dengan buku yang barusan dibeli, buku kedua confession of economic hitman (pengakuan bandit-bandit ekonomi) oleh John Perkins. Seorang “bandit yang katanya insyaf” dan kemudian menuliskan kebusukannya untuk menutupi rasa bersalahnya terhadap dunia. Biasanya malam hari enaknya baca buku yang ringan-ringan semisal novel ato cerpen, kali ini buku tebel 400-an halaman itu juga enak dibaca sebagai teman pengantar tidur, lumayan lah 5-10 halaman tiap hari.

Budiarto Shambazy menulis kata pengantarnya, Indonesia yang mereka ibaratkan real estate terbesar di dunia tidak boleh jatuh ke tangan Unisovyet dan harus diperas sampai kering kekayaan alamnya. Karena itulah dikirimkan bandit-bandit ekonomi–salah satunya John Perkins (pengarang buku ini)- yang tugas pertamanya adalah membuat laporan-laporan fiktif untuk IMF dan World Bank agar mengucurkan utang luar negeri pada Negara dunia ketiga. Setelah itu tugasnya adalah membangkrutkan negeri penerima utang. Setelah tersandera utang yang menggunung, Negara itu bisa dijadikan kuda yang dikendalikan kusir.

Buku-buku teori konspirasi seperti ini memang selalu menarik untuk dibaca dan…sangat provokatif! Membeberkan kebusukan para bandit ekonomi “merampok” kekayaan alam Negara-negara dunia ketiga dengan berbagai cara, mulai dari sogokan, rayuan wanita, dibunuh sekalian, hingga invasi militer besar-besaran. Bagi orang-orang yang bukan siapa-siapa seperti saya, masih cere-cere, belum mempunyai kekuatan apa-apa, mungkin memang hanya akan berhenti jadi kejengkelan dan grundelan. Tapi setidaknya ada sebuah cara pandang yang lebih terbuka dalam melihat masalah. Ini yang justru menjadi penting. Karena memang aksi rampok dan penjajahan modern ini belum akan berhenti sampe kita bener-bener ga punya apa-apa lagi.

Obrolan berlanjut. Ada pikiran konspiratif dan otak curiga tentang penyelenggaraan sebuah event oleh konsulat asing dan mulai banyaknya dana-dana investas asing yang masuk ke Indonesia. Dalam berbagai bidang terutama seputar inovasi dan tentu saja kepentingan industri kreatif. Mau ga mau ini adalah dunia yang saya geluti, dan saya mesti ikutan concern karena mau ga mau juga pasti berpengaruh terhadap hajat hidup kantong saya.

British Council menyelenggarakan event pemilihan International Young Screen Entrepreneur bagi pemilik industri kreatif di Negara-negara dunia ketiga. Mereka mengadakan kontes di beberapa Negara diantaranya Indonesia dengan wakilnya KDRI - yang blogger juga yang akhirnya memenangkan IYSE tersebut. Asik juga diajak jalan-jalan ngeliat perkembangan industri kreatif di London (katanya mbahnya industri kreatif). Saya ikut merasa bangga, nama Indonesia bisa terangkat di dunia Internasional. Bahwa industri kreatif Indonesia bisa bersaing di kancah internasional dan tidak kalah dengan Negara lain.

Tapi sekali lagi tidak ada salahnya juga memasang alarm. Terkait hal ini, temen saya pernah diwanti wanti salah seorang dosennya tentang sebuah program sejenis yaitu RAMP (Recognition and Mentoring Program) dari TLF. Memberikan dana (sedikit) untuk inovasi fresh dari manusia Indonesia, untuk kemudian ditindaklanjuti di negara pendonor. (ato diproduksi sendiri?)

"Halah, Terlalu konsipratif, curigaan kapan akan maju-maju Cak!", kata temen saya.

Bisa jadi, tapi peringatan nya adalah “kebaikan” Asu Gede selalu ada motif. Seperti halnya politik etis - politik (balas budi??) yang dikeluarkan Belanda untuk Indonesia dulu. Politik balas budi?? “Ah becanda kamu!”, kata temen saya. Selalu ada motif yang ujung-ujungnya pasti untuk menyelamatkan kepentingan mereka sendiri.

1.Salah satu gerak kapitalisme adalah memperbanyak lebih banyak pasar untuk keuntungan sebesar-besarnya. Pasar yang besar adalah pasar yang aware terhadap sebuah produk, bukan pasar yang bodoh. Karena itulah Indonesia harus dipintarkan untuk menciptakan pasar yang sangat potensial.

2.Inggris yang telah berkutat lama dengan industri kreatif sepertinya sudah sampai pada tahap mature (ini sinyal bahaya bagi industri-orang kreatif), karena itulah Inggris mencoba menggali sumber-sumber ide kreatif dari Negara-negara dunia ketiga yang tentu saja masih fresh. Apalagi Indonesia ! dengan keragaman budaya - makanan empuk kreatifitas.

Tidak hanya di Inggris, kita dapat segera melihat salah satu bukti point kedua diatas, di film Avatar (Nickelodeon) season II. Disitu sudah terlihat kostum dan rumah-rumahan yang mirip dengan salah satu ciri khas budaya Indonesia, Rumah Gadang. Bukti bahwa budaya adalah makanan empuk industri kreatif.

headerversi2

dan juga di desain kostum yang mirip2 orang kerajaan indonesia.

Ato di salah satu produk game yang lain saya pernah melihat senjata keris yang telah dimodifikasi (sori lupa site nya). Benarkah kita emang selalu ketinggalan mempelajari budaya sendiri? Kalo begini kita harus seneng plus sedih kah? Tapi, bagaimanapun politik balas budi selalu ada positifnya, karena dari politik balas budi itulah kita jadi lebih “terpelajar” dan pastinya lama kelamaan sedikit berani "memberontak".

Saya ini ngomong ngalor ngidul kapitalisme tapi yang ada di depan saya barang-barang produk mereka juga, saya nulis pake Microsoft Word (bajakan), saya imel-imelan pake Yahoo, saya chatting pake Yahoo Messenger, saya nulis blog di Google. Diem-diem saya juga bermimpi lo jadi seperti mereka, la wong di sebelah saya ada buku rahasia sukses gimana biar bisa jadi seperti mereka kok…

Trus, gimana? Ya terus aja berkarya biar bisa jadi kapitalis berikutnya! Tapi moga-moga kapitalis yang baik hati aja ya…hehe

9 comments:

Anonymous said...

wah, ojok-ojok sampeyan wes siap ngganteni Budiato sambazy ki :D
tulisane jos mas tri. enak dibaca. dan berbobot. (hayah)

Anonymous said...

mas..kalo semangatnya ngejar,akan selalu ketinggalan...tapi kalo semangatnya adalah membangun sendiri, insya allah ya akan mandiri. ini yang sering kita lupa:kita terjebak dalam pattern,"kayak gitu gw juga bisa," sehingga kita akan selalu di belakang, menunggu2 trend dari ide2 mereka. sehingga lihat saja pola masyarakat kita pada umumnya:menelan bangsa sendiri, terkagum2 dan bangga kalo jadi mirip sama bangsa penjajahnya. jangan lupa, pattern itu sudah ditanamkan 350 tahun+60 tahun indonesia(katanya)merdeka, jadi ya jadi kayak kelumrahan dan otomatiis terinstall di dalam jidat kita. perlawanannya?cintai orang2 yang miskin di bangsa ini, karena mereka miskin karena dimiskinkan...dan yakinlah bhw bangsa ini lebih baik dan lebih beradab dari mereka yg mengaku mjd simbol kemajuan hari ini.
tulisan yg bagus mas.
dante

Anonymous said...

ada benarnya juga mas dante...
sepertinya bangsa kita juga musti mendefinisikan "kemajuan bangsa" sendiri, bukan atas dikte orang/bangsa lain.

mandiri menurut definisi kita sendiri. Bangsa lain mungkin adalah referensi literatur tapi BUKAN ACUAN!

kembali ke sikap mental...cara pandang yang musti ditularin minimal ke anak-anak kita..

Anonymous said...

mmm...untuk bisa punya sikap mental yang baik kita perlu kaya dulu gag seh ? soalnya kalo masih miskin rada repot juga kayana hehehe

Anonymous said...

saya sepakat dg jeung Maya,kita bisa punya sikap mental yg baik kalo kita "kaya". nah, yg jadi masalah adalah bgmana definisi kaya itu. kalo menurut saya,kaya adalah sikap mental..kalo dalam kimia,yg namanya materi(atom ato apapun)kaya itu kalo energi dalamnya besar,bukan yg bikin reaksi paling heboh..sementara seringkali kita menganggap kaya adalah kalo keadaan luar kita melimpah, sementara kita fakir-maaf-di dalam, ya itu tadi, kalo materi ya yang bikin reaksi kimia pokoke heboh(itu kenapa profesi artis yg-nuwun sewu-penuh kedangkalan malah jadi trend hari ini)....kaya menurut gw adalah ketika kita merasa"cukup" dengan jatah rizqi yg "sekarang" ada di tempat kita.
selamat bertranformasi menjadi bangsa yang kaya.
dante(lagi hobi komentar... :D )

Anonymous said...

anak bertanya: "bapak , kapan kita bisa seperti mereka"

bapak menjawab: "giatlah belajar untuk itu"

Belajarnya dimana ? bisakah satu dua orang cerdas menyelesaikan seribu persoalan orang tertinggal .

salam kenal mas Triadi .

Anonymous said...

bapak menjawab: bisa nak, kenapa tidak? hanya butuh satu langkah awal untuk mengawali 10.000 langkah

Anonymous said...

si anak manggut tanda mengerti dan setuju : langkah satu awal itu sudah dimulai atau belum pak..? koq kita ngga liat apalagi merasa diajak..

Anonymous said...

si bapak (sambil merem) : itu dia nak, kalo sudah dilakukan kita gak akan bermalam dipinggir jurang kaya begini...